pemandangan

Jumat, 21 Desember 2012

Hari Ibu Vs Mother’s Day dan Hukum Memperingatinya





Hari ini,Sabtu,  22 Desember, bangsa Indonesia merayakan hari Ibu. Hari di mana orang-orang menumpahkan seluruh perhatian, mengungkapkan cinta dan kasih sayang mereka terhadap seorang yang sangat dimuliakan, yaitu ibu. Berbagai ucapan dan kata-kata indah menghiasi  jejaring sosial, mulai dari facebook, BBM, twitter maupun yang lain.
Di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, hari Ibu dikenal dengan Peringatan Mother’s Day  yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.
Namun, beda lagi dengan di Amerika, dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong yang merayakan Mother’s Day pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Sedangkan di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah diperingati setiap bulan Maret. Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada hari ini, tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Koordinator Jaringan Peduli Perempuan dan Anak (JPPA) Jawa Tengah, Agnes Widanti S, menilai bahwa peringatan Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan Mother’s Day di Eropa.
Peringatan Hari Ibu di Indonesia berkaitan erat dengan perjuangan kaum perempuan sebagai ibu. Menurut dia, perjuangan kaum perempuan sebagai ibu sangat besar, termasuk dalam upaya penghapusan tindakan diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan di Indonesia.
Kalau di Eropa, Mother’s Day biasanya diperingati dengan memberi bunga kepada ibu, kemudian memberi libur kepada ibu terkait tugas rumah tangganya dalam satu hari itu.
Memperingati hari Ibu = Bid’ah??!!
Apakah di Arab juga ada peringatan hari Ibu? Yaumul Ummi?. Hehehe....
Ada yang mengatakan bahwa hari Ibu bukan budaya Islam melainkan budaya Barat. Lebih dari itu, peringatan ini bahkan dianggap sebagai bid’ah yang harus ditinggalkan.
Katanya perayaan yang menyelisihi perayaan-perayaan yang disyari’atkan adalah perayaan bid’ah yang tidak dikenal pada masa Salafush Shalih dan terkadang berasal dari kalangan non Islam, sehingga disamping bid’ah terdapat penyerupaan dengan gaya hidup musuh-musuh Allah Subhanahu Wata’ala. Perayaan-perayaan yang disyari’atkan dan dikenal dalam Islam adalah Idul Fithri, Idul Adha, Idul Usbu’ (hari Jum’at) dan tidak dikenal dalam Islam selain ketiga perayaan tersebut.
Apalagi jika kita perhatikan sabda Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya), “Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami, sesuatu yang bukan berasal darinya maka tertolak”. Yakni sia-sia dan tidak diterima disisi Allah Subhanahu Wata’ala, dan dalam lafadz yang lain, “Barangsiapa beramal tanpa ada tuntunan dari kami maka tertolak.”
Tetapi bid’ah kan ada 2?
“Beberapa ulama membagi bid’ah menjadi dua yaitu: bid’ah yang baik (bid’ah hasanah) dan bid’ah yang tercela (bid’ah madzmumah). Jadi tidak setiap bid’ah itu selalu jelek dan harus ditinggalkan karena tidak pernah ada di jaman Rasul. Di era globalisasi seperti sekarang ini, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah semakin canggih, tidak bisa disamakan dengan zaman di mana Rasulullah dan para sahabat masih hidup”.
Kalau kita perhatikan, menarik juga pernyataan tersebut. Mungkin akan bermunculan juga berbagai argumen mengenai bid’ah. Sekarang, coba kita kaitkan dengan perayaan hari Ibu di Indonesia yang sudah dijadikan sebagai perayaan nasional.
“Katanya hubbul wathon minal iman... kalo nggak ikut ngerayain hari ibu sebagai perayaan nasional berarti nggak cinta ma negara kita sendiri donk, berarti nggak iman donk.. “
“Tidak ikut merayakan hari Ibu berarti tidak cinta terhadap ibu, orang telah berjasa besar terhadap kita, tidak peduli, tidak care....dll”
“Nasionalismenya rendah...bla..bla..bla...”

Lalu, bagaimana sebaiknya kita menanggapi hari Ibu? Just take it easy, guys....!
Dalam Islam, seorang ibu memiliki kedudukan yang tinggi. Ia sungguh sangat dimuliakan. Yuk kita simak Hadits Nabi berikut ini:
Suatu saat Rasululloh SAW pernah ditanyai orang: “Ya Rasul, siapa sih orang yang paling harus saya taati di dunia ini??” Rasul menjawab: “ibumu”, “lalu siapa lagi Ya Rasul??” Rasul menjawab: “I bumu”, “kemudian setelah itu siapa lagi Ya Rasul??” orang itu bertanya lagi, Rasul menjawab: “ibumu”, orang itu bertanya lagi kemudian siapa lagi Ya Rasul?”, Rasul menjawab: “bapakmu”
Pada ayat di atas, disebut ibu dulu baru bapak. Demikian juga pada hadits, bahkan ibu disebut 3 kali baru bapak. Ini menunjukkan bahwa ibu memiliki derajat yang tinggi, tiga tingkat dibanding seorang ayah.
Dalam Islam, tidak ada perayaan hari ibu secara khusus. Kita memang sudah seharusnya menyayangi, menghormati,memuliakan, mengungkapkan cinta dan memperlakukan ibu secara baik dan istimewa tidak hanya pada satu hari saja dalam satu tahun, tetapi Islam mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita SETIAP HARI.
Semoga bermanfaat.
 Referensi:



Tidak ada komentar: